Suhbah ini disampaikan pada Khataman Suluk Muharam 2016 yang ke-2. Sebelum kita menyelami samudera keilmuan dan kearifan Syekhina agar bisa memunguti mutiara-mutiara pelajaran darinya, perlu kiranya kami (red) sedikit memberikan konteks. Pada saat itu situasi sosial politik nasional sedang membara, perebutan kursi DKI I telah memanaskan hampir seluruh pelosok negeri akibat isu utama yang dimainkan adalah isu keagamaan.
Penggalangan sentimen pemilih berkembang menjadi gerakan yang menyita hampir semua petinggi negeri dan pemuka-pemuka agama. Mereka berdiri sebagai pihak-pihak. Saling serang, saling fitnah saling menyudutkan bahkan dengan menggunakan ayat-ayat suci. Peristiwa ini terus menggelinding semakin membesar laiknya bola salju, hingga mampu memobilisasi massa yang begitu besar di lapangan monas beberapa kali.
Manuver-manuver, strategi dan taktik dilancarkan demi memperoleh kemenangan jauh meninggalkan etika-etika yang telah tertanam dalam batin masyarakat kita. Panaslah dada ini, mendidih di kepala terlontar menjadi kata-kata kotor dan mematikan! Banyak Masjid dijadikan alat politik, tak sedikit tokoh agama turun gelanggang.
Suhbah beliau ini disampaikan dalam konteks ini. Bagaimana beliau menjawab? Mari kita simak.
اللهم ارزقنا يقينا والحقنا بااصالحين واجعلنا لسانا صدق في الاخر واجعلنا من ورثة جنة نعيم. اللهم ارزقنا فهم النبين وحفظ المرسلين وعلم المرسلين والهم الملائكة المقربين وارحم الراحمين. امين امين يامجيب السائلين.
عما بعد
Alhamdulillah mari bersama-sama kita haturkan puji sukur kehadirat allah swt atas anugrah taufik dan hidayahnya sehingga pada malam hari ini kita bisa bersama-sama berkumpul, bertemu dalam rangka tasyakuran atas selesainya perjalanan-perjalanan riyadloh, mujahadah, suluk ilahiyah di bulan muharam periode kedua ini.
Kita bergembira atas hidayah Allah. Kita bisa menyambut, kita bisa mendatangi, kita bisa menghormati panggilan Allah swt di bulan muharam ini. Insya Allah kita tidak termasuk orang yang menganiaya diri kita, tidak termasuk orang yang merendahkan martabat kita di kehidupan ini.
Perjalanan waktu malam berlanjut (semakin larut malam –red). Kita ukur skala kualitas hidup kita ini, kita sudah lemah. pikiran kita (semakin) tidak mampu berkonsentrasi. Tapi kenapa Allah berkata lain. Inna nasy ata laili hiya asyadu wath an (Al-Muzammil:6) Sesungguhnya bangun malam itu memberi kekuatan dalam jiwa. Allah berkata lain begitu kan? Wa aqwamu qiilan (lanjutan ayat Al-Muzammil:6) dan bangun malam ini akan meluruskan pikiran kita. Mari benar2 kita anggap itu malam hari ini dalam kondisi yang payah dan lelah kita ini untuk menyambut apa yang diberikan oleh Allah swt. Kita tetap bangun malam untuk menadahkan berkah yang diberikan Allah dalam nasy atallaili.
Dibutuhkan kekuatan kita dalam menghadapi benturan-benturan gelombang kehidupan yang semakin dahsyat ini. Waaqwamu qiilan dan akan lebih meluruskan pikiran kita. Sehingga kita tidak akan terbawa oleh badai kehidupan yang menjadikan kondisi alam pikiran manusia berantakan.
Hanya masalah Ahok (Cagub Pilkada Jakarta) menjadikan akal pikiran tidak bisa membaca tafsir Quran yang sebenarnya. Hanya karena Ahok lepas keimanan di dalam dada. Manusia berebut kekuasaan. Kenapa dia lupa akan Al-Quran, mu’jizat di depannya? Qul lillahumma malikal mulki tu’til mulka man tasya…….. (Ali-‘Imran: 26). Raja segala raja itu Allah yang akan memberikan kesuasaan dan yang bisa melepas kekuasaan juga hanya Allah.
Inilah jaman berantakan, dibutuhkan bangun malam. Pahamkan? Untuk menadah berkah2 Allah swt. Bila kondisi kacau seperti ini, terus apa arti kemurahan Tuhan itu. Sebagaimana allah menjanjikan:
Idza samaa un fatharat (Al-Infithar:1) Bila langit terbelah: bila pikiran manusia telah terkacaukan oleh perebutan kekuasaan dan kekayaan. Idza samaa un fatharat. Bila langit terbelah: bila pikiran manusia (pengetahuan) telah dihancurkan oleh ambisi kekuasaan oleh ambisi kekayaan. Dsb. Di mana ulama?
Wa idza nujumun kadarat (At-Takwir:2). Dan apabila bintang-bintang telah berguguran: apabila mutiara-mutiara jiwa telah runtuh. Di mana kesalehan? Di mana kearifan, dimana kebijakan. Tergilas oleh ambisi. Paham ini? Ini yang kita saksikan hari ini. Bintang-bintang (tokoh-tokoh) berguguran. Wa idza nujumun kadarat. Bila bintang-bintang berguguran. Bila mutiara-mutiara jiwa telah berguguran. Di mana kearifan. Di mana jiwa besar, di mana kenegarawanan itu. Paham ini?
Wa idzal biharu sujjirat (At-Takwir:6) Apabila gelombang laut telah menenggelamkan bumi. Bagaimana? Apabila jiwa manusia dan kehidupannya telah tertutupi cinta dunia yang membabi buta seperti ini. Bila gelombang kecintaan dunia telah menenggelamkan manusia di permukaan bumi ini. paham dengan bahasa Abah ini?
Wa idzal quburu bu’tsirat (Al-Infithar:4) Apabila kubur-kubur telah tergali. Hati-hati telah mati. Paham ini? Tidak bisa melihat Tuhan lagi. Dikira bumi ini milik sendiri. Dikira manusia bisa berbuat apa-apa. Tidak bisa. (la yasaauna illa yasaallah) kamu tidak akan punya keinginan bila tidak dikehendaki oleh Allah.
Kalo begitu: (Ya Ayyuhal Insan) Ma ghoroka birobikal karim (Al-Infithar:6) Lalu Apa arti kemurahan-kemurahan yang telah diberikan oleh Allah kepada kita. Lebih-lebih Allah berikan mu’jizat Al-Quran sebagai pegangan kehidupan. Apa artinya kalo sudah begini? Allah turunkan para ulama-ulama warasatul anbiya. Lalu apa arti keberadaan mereka para auliya kalo kondisi seperti ini. Paham?
Mari kita kembali kepada Allah. Jangan sia-siakan kenikmatan-kenikmatan yang dianugerahkan oleh Allah ini. Ya ayyuhal insan, Ma ghorroka birobikal karim (Al-Infithar:6). Apa gerangan yang menjadikan kamu itu tidak bisa melihat bahwa Allah itu Maha Murah. Kenapa kamu tidak bisa melihat kemurahan-kemuraha Tuhan yang tercurah dalam diri kita ini. Akal, jiwa, hati, badan beserta seperangkatnya, kesehatan. Kita diberikan apa-apa. Kok rebutan saja?
Ya ayyuhal insan, Ma ghorroka birobikal karim (Al-Infithar:6), kurang apa pemberian Tuhanmu ini. Paham? Ini perkataan yang tidak perlu dijawab, begitu. Artinya Kenapa kamu jadi begini? Pahamkan? Karena banyak manusia ini telah tenggelam dalam gelombang cinta dunia yang mendalam. Tanpa terasa kaum muslimin ini telah membuat tuhan-tuhan sendiri. Paham? Mereka datang sebagai nabi-nabi tuhannya membawa wahyu tuhannya, merasa mereka paling benar. Paham?! Hati-hati!
Secara lahiriyah, kondisi ini semakin gawat. Kondisi semakin berantakan. Tapi kita tidak perlu takut tidak perlu hawatir. Itu bukan apa-apa. Pahamkan? Sebab di sana ada penguasa yang sejati. Di sana ada “Jokowinya” jokowi yang Maha Agung, Allah swt. Di sana ada “Ahok” yang lebih Ahok lagi. Paham! Di sana ada Tuhan, “Presidennya” segala presiden, dan “Presiden” yang sebenarnya. “Rajanya” segala raja dan “Raja” yang sebenarnya. Masalah kecil, Masalah kecil DKI itu. Abah nggak lihat DKI juga nggak mati kok. He..he. Jadi, perebutan seperti ini, gelombang ributnya menggoncangkan republik ini, sepertinya tidak ada Tuhan saja. Paham?
Maka kita kembali, siapa Tuhan itu? Allah sendiri. Siapa Tuhan kita? Allah. Siapa pemimpin kita? Allah. Begitu kan? Yang lain itu hanya bayangan-bayangan dari kepemimpinan (kekuasaan) Allah. Entah bayangan yang sebenarnya entah bayangan yang palsu. Abah mengajak kepada kamu sekalian, mari kita kembali. kita tunda dulu kiamat ini. Begitu kan? Kita masih ingin hidup panjang. Bener itu? Apa Ada yang sudah bosen? Kalo bosen kamu mendapat undangan tanggal 4 November nanti untuk bergabung dalam seruan jihad. Ada Tuhan, kok ngotot? tidak pantas! Manusia tidak bisa memaksakan diri, memaksakan kehendak itu sama dengan memasung kuasa Tuhan. Tuhan tidak dalam genggaman tanganmu. Paham?! Kamu yang ada dalam genggaman tangan Tuhan. Paham?! Mari kita segera kembali. Kita tidak usah repot-repot lagi dalam kehidupan ini, ikuti saja aturan Allah swt.
Innallaha robbukum ladzi kholaqo …. (Al-A’raf:54) Kamu harus sadar dan ingat bahwasannya Tuanmu dan Tuhanmu itu hanya Allah. Jangan bertuan kepada selain Allah. Jangan bertuhan kepada selain Allah. Paham?! Pendidikmu juga hanya Allah, pemeliharamu juga hanyalah Allah. Yang akan menjadikan kamu pandai juga Allah, yang menjadikan kamu selamat juga Allah.
……Yughsil laila an-nahara… (Al-A’raf:54), Allah yang menggelapi siang dengan malam. Paham? Ini pertama dikenalkan bahwa Tuhan-nya alam semesta, pemimpin alam semesta, pengatur alam semesta itu Allah. Ini pernyataan Tuhan, Akulah Rajanya semua raja. Akulah yang berhak mengatur segalanya. Maka dikatakan ….tsummastawa ‘alal ‘arsyi…. (Al-A’raf:54), Aku ada di atas singgasana, singgasanaku di atas segala singgasana. Paham?! Semua singgasana di bumi raya ini, di alam semesta ini hanya bayangan dari singgasana Allah. Paham? Ini kita dikenalkan (pada) kebesaran Tuhan.
Waktu ini cepat (berlalu), saudaraku. Waktu tidak akan pernah menunggu kamu. Jangan buang-buang waktu, buang-buang energi. Siapa presidenmu nanti, siapa gubernurmu nanti, bukan di tangan kita manusia. Semua ada dalam kuasa Tuhan yang akan menjadikannya. Paham? Bukan kerja kerasmu, bukan banyak uangmu, dikira uang yang bisa menjadikan manusia mendapatkan apa-apa. Dikira kepandaian dan kekuatan manusia yang bisa menjadikan manusia sukses. Bukan sama sekali. Kalo ada? Itu setan ada di atas kepalamu.
Fasta’id billah. Bila godaan setan telah menimpa dirimu maka berlindunglah kamu kepada Allah. Ini godaan setan. Dikira dengan uang manusia bisa jadi presiden. Dikira dengan kekuasaan dengan kepandaian bisa jasi presiden. Tidak sama sekali. Pahamkan? Semua yang diperbuat mansuia ini hanya bersifat sandiwara hanya permainan. Paham? Hanya iklan. Tuhan mau memakainya atau tidak, urusan Tuhan. Pahamkan? Ini supaya kamu ini berhati-hatu tidak terbawa oleh arus ini. Waktu hidup siang dan malam berkejar-kejaran. Jangan kamu buang-buang, buang umur buang energi dalam hal-hal yang tidak berguna, tidak berarti itu. Pahamkan?
…Wasyamsa walqomaro wannujuma musyakharatin bi pamrihi… (Al-A’raf:54) matahari bulan dan semua bintang tunduk dibawah perintah Allah. Paham? Siapa yang hebat di alam semesta ini? Siapa yang kuat di alam semerta ini. Semua, ubun-ubunnya ada dijari Tuhan. Paham ini? Tidak ada apa-apanya semua itu. Paham? Matahari, bulan, bintang semua tunduk bi amrihi.
…Ala lahul kholqu wal amru…. (Al-A’raf:54), hak yang menjadikan siapa saja apa2 saja itu hanya tuhan. Bukan manusia. Bukan siapa siapa. Pahan. Yang berhak menjadikan orang itu presiden, yang berhak menjadikan orang itu petani, yang berhak menjadikan orang itu pengusaha itu hanya Tuhan. ….Ala lahul kholqu wal amru…. dan hak perintah itu hanya ditangan Allah. Paham? Ini Supaya kamu tidak mudah terpancing tidak mudah terprovokasi oleh permainan-permainan sandiwara begitu. Yang main sandiwara itu tidak salah, memang kerjanya seperti itu. Cara carinya uangnya seperti itu. Tidak salah cari uang itu. Jangan kamu terbawa-bawa. ….Tabarakallahu robbul alamin... (Al-A’raf:54). Maha Agunglah Alah penguasa alam semesta. Paham?
Siapa pelindung kita, siapa pemimpin kita? Inna waliyahulladina nazalla kitaba wahuwa yatawalassalihin. Paham? sesungguhnya penguasa kita , sesungguhnya wali kita, gitu kan. Jadi tafsir wali atau auliya kan, bukan siapa-siapa, Inna waliyallahulladina..., wali kita-kita ini hanya Allah. ..nazzala kitaba wahuwa yatawalassalihin….., yang telah menurunkan ketetapan-ketetapan hidup ini. Dia telah menetapkan segalanaya dan dia telah menetapkan aturannya. Nazzalal kitaba. Paham?
Al-qur’an itu bukan hanya yang ada dalam mushaf itu. Paham? Qur’an itu juga terbaca dilembar alam semesta ini. Dalam hidup dalam suratan takdir. Paham? Kamu tidak usah berepot-repot, berberat-berat, kehidupan telah diciptakan terlebih dahulu, bukan manusia yang membagi. Pahamkan? Tugas kita ini hanya ujian apa yang diberikan oleh Allah, dijadikan apapun oleh Allah, agar kita bernasib baik. Ini manusia berkewajiban itu hanya di sini.
Entah jadi pemimpin (presiden), entah jadi pejabat, entah jadi pedagang, entah jadi petani, entah jadi miskin entah jadi kaya, itu sudah ditetapkan terlebih dahulu. Usaha manusia hanya agar bernasib yang baik. Paham? Maka abah katakan, bagi semua orang, apa saja pekerjaannya akan diperkaya tuhan dengan iman dan kesalehannya. Paham? Pejabat akan kaya dengan iman dan salehnya, kiyai akan kaya dengan iman dan salehnya, si fakirpun akan kaya dengan iman dan salehnya.
Man amila solihan min dzakarin wa unsa wahuwa mukminun falan nuhyiyalahu hayatan toyyibatan (An-Nahl: 97), Ini yang dibaca ketetapan-ketetapan Allah ini. Inna waliyalahu. Sesungguhnya wali kita, sesungguhnya pelindung kita, sesungguhnya penguasa kita, itu adalah Allah. Kamu tidak usah takut dengan panasnya zaman ini, kamu tidak usah takut dengan apa saja yang terjadi di alam ini. Kita memiliki pelindung, Allah SWT. Musibah, badai apapun akan tunduk di bawah kuasa-Nya. Itu hanya mengikuti perintahnya.
…Wahuwa yatawalassalohin (Al-A’raf:196). Dia telah membuat ketetapan dalam diri. Inilah sebuah perjanjian tuhan kepada manusia. Tuhan akan senantiasa melindungi orang -orang yang saleh. Yatawalla ‘selalu melindungi’ orang-orang yang saleh itu. Maka tetapkanlah kamu di jalan kesalehan. Paham? Jangan kemiskinan menggeser kamu dari kesalehan, dan cobaan-cobaan kehidupan, melengserkan kamu dari kesalehan. Tetap saja saleh, begitu, paham? Bila begitu, manusia ada di dalam perlindungan Allah.
Ini tuhan yang menyatakan: …Walladzina tad’u nahu min dunihi... (Al-A’raf:197), siapa saja orang yang.. (entah setan, malaikat) entah manusia, entah TNI, entah POLRI, bila kamu meminta pertolongan kepada dia atau pertolongan yang kamu minta itu bukan Allah. Wala yastati’u lahum nashran… (Al-A’raf:197), Mereka tidak akan pernah bisa menolong kamu. Paham ini? ..Wala anfusahum yunsarun…, (Al-A’raf:197) diapun tidak akan mampu menolong dirinya sendiri. Paham? Bila kamu melihat mereka sepertinya mereka melihat kamu. Tapi dia tidak tahu siapa kamu. Paham?
Waimma yanzaghonnaka.., (Fussilat:36) bila suatu saat kamu itu digoda syetan, digoda oleh kekuasaan, digoda oleh kekayaan, digoda oleh macem-macem, kan, seperti godaan-godaan hari ini. Akhirnya Manusia ini mempertuan rasionalitasnya. Kenapa rasio menjadi tuannya? Ilmu yang dipamerkan di depan matanya, maka dia tidak bisa melihat yang di depan. Silau dengan ilmunya sendiri. Hanya hidup ini tunduk oleh ilmu-lmunya. Padahal ilmu ini dikarang-karangke sama orang yang cari uang. Makanya jangan terbawa oleh ini. Fasta’idz billah. bersegeralah berlindung kepada allah SWT. Ketika pak Ust. Naseh bertanya, “bagaimana kalo kita sudah kembali dari suluk ini mau berlindung kepada Allah dari syaetan?”
Innalladzinat taqo idza massahum thoifun minasyaetoni tadzakkaru faidzahum mubsirun. (Al-A’raf:201), bagi orang-orang yang bertakwa, bagi orang orang yang bisa menjaga adab dirinya. Cukup adab syariat sebagai pegangan. Adab dengan diri sendiri adab dengan teman, adab kepada guru, adab kepada Tuhan. Ini wujud orang yang bertakwa. Lilladzinat taqa, bagi orong yang bertakwa, bagi orang yang bisa menjaga dirinya dari duri-duri dalam rimba ini, jangan sampe sakit hati tertusuk duri, idza masakhum thiofun minasyaetan. Bagi orang yang bisa menjaga dirinya dengan adab-adab itu, apabila dia disambar setan, disentuh setan, dipeluk setan. Tazdakaruuu mereka akan ingat kepada Allah. Faidahum yubsirun, maka dia melihat kebesaran Allah.
Kenapa nasib jadi begini? Disambar setan ini. Kenapa saya marah pada suami saya, kenapa saya marah pada istri saya? Karena melihat… faidahum mubsirun melihat dirinya. Karena saya orang malas maka pengin diladeni (dilayani) Melihat itu, karena saya menikah itu akan… sesautu yang bikin marah itu sambaran setan. Yang menjadikan kamu pesimis dalam kehidupan; yang menjadikan kamu galau dalam pikiran itu sambaran setan. Apabila kamu disambar setan, tazdakkaruu. Dia akan sadar, Ingat pada Tuhan. Dia akan sadar. Dia akan tahu kenapa saya jadi begini. Tadzakkaru… mubsirun…, kemudian dia melihat kekurangan itu dari mana? Kenapa saya dibenci orang? Kenapa saya dimarahi mertua? Kenapa saya tidak disukai kawan? Tadzakkaruu faidzahum mubsirun, dia akan tau akan kekurangan dirinya. Paham ini? Sehingga tidak harus dia itu membuang-buang energi untuk membela diri. Paham kan? nah ringan ini.
Maka untuk itu Naqsyabandi telah memberikan mukjizat kepada kamu berupa Al-Quran hakiki, berupa dzikrullah di dalam hati. Ini perintah Tuhan. Wadzkur robaka fi nafsika (Al-A’raf:205) sebutlah nama tuhanmu di dalam hatimu. (Ini cara) Naqsyabandi, ini pokok. Bukan di lisannya. Allahu akbar! Bukan begitu. Wadzkur robaka, sebutlah tuhanmu, finafsika di dalam hatimu. Paham ini? Tadloru’an wa khifatan, dengan penuh rasa hormat kepadanya. Tadlorru’ itu merendahkan diri, khifatan itu takut, artinya dengan taat. Sadar siapa kamu. Kamu datang, butuh Tuhan. (Sedangkan) Tuhan tidak membutuhkan kamu, paham? Nah itu. Sebutlah nama Tuhan di dalam hatimu, dengan rasa kamu butuh Tuhan.
Kamu membutuhkan Allah, kamu membutuhkan tuan yang sebenarnya. Gitu kan? kamu membutuhkan pemimpin, kamu membutuhkan pembimbing, membutuhkan pemelihara, Allah. Namanya tadloru’an wa khifatan. Sebut nama Tuhanmu di dalam hatimu, mudah kan itu? Tadloruan wa khifatan. Dengan rendah hati dan takut. Artinya penuh hurmat. Begitu. Bukrotan wa ashila, di pagi dan sore. Saat kamu mengawali sesuatu dan kamu mengakhiri sesuatu. Sebutlah nama Tuhanmu di dalamn hatimu.
Wazkurullah zikran katsiran. Sebutlah nama Tuhanmu sebanyak-banyaknya. Bukan dihitung dengan tasbih. Kapan pun dan di mana pun kamu berada. Wasabihhu bukrotan wa ashila. Dan bertasbihlah kamu kepada Tuhan dipagi dan sore. Apa bertasbih itu? Ya hormat kepada tuhanmu. Wa sabihhu bukrotan waasila. Hormat kepada tuhanmu di pagi dan sore. Apa itu hormat? Jangan enggan kamu itu melaksanakan perintah Tuhan di pagi dan sore. Jangan kamu takabur. Tuhan mengatakan begitu itu. Jangan kamu enggan melaksanakan aturan Tuhanmu. Orang yang nggak mau, takabur! Maka dibahasakan lagi… wasabihhu bukrotan wa asila. Bertasbihlah kamu di pagi dan sore hari. Artinya jangan enggan jangan males mengikuti bimbingan Tuhanmu. Pahamkan?
Suruh sabar aja ndak mau. Lah ini. suruh nrimo aja gak mau. Ini enggan namanya, takabur artinya. Jelas? Dikira kamu gak sabar kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan? Tidak sama sekali. Suruh mengalah tidak mau. Mengalah saja urusan dunia ini. Tidak usah takut. Disuruh tidur gak mau. Dzikir saja…ngalah saja. Paham? Jagalah persaudaraan, jagalah kekeluargaan. Jangan retak keluarga, jangan retak saudara hanya karena uang, karena kedudukan, karena harta benda dunia. Lebih baik kamu mengalah. Paham? Apalagi sama isteri, mengalah saja. Apalagi sama suami. Lebih baik mengalah saja. Istri mengalah sama suami, suami mengalah sama istri.
Mengalah. Tidak akan kalah begitu. Kamu ini berpikiran aneh, kalo saya mengalah nanti saya dikalahkan. Kalo nanti saya ikhlas nanti ditipu-tipu terus. Lah ini. Itu kalo Tuhanmu rasio, Tuhanmu itu akal. Kalo tidak ada Tuhan memang begitu. Kalo tidak ada Tuhan. Wah, kalo saya mengalah nanti saya terhina. Itu kalo tidak ada Tuhan. Kalo saya tidak menipu nanti saya tidak dapat untung banyak. Bener.. Kalo tidak ada Tuhan. Kalo saya suluk boros, amplop saya nanti jadi…? hehe…. Itu bener kalo tidak ada Tuhan. Paham kan? kenapa manusia mempertuhankan rasio akal ini? Rasio kepandaian pengetahuan itu bukan Tuhan.
Syahidallahu anahu laa ilaha illallah… (Ali Imran:18) Tuhan menyaksikan dirinya bahwa tidak ada Tuhan dan Tuan selain diri-Nya kecuali hanya Allah semata. Paham? Wal malaikatu waulil ilmi. Malaikatpun menyaksikan demikian, penguasa ilmu, bukan yang dikuasai ilmu. Ulil ilmi, pemilik ilmu bukan yang dimiliki ilmu, budak-budak ilmu banyak. Pikirannya jadi kaku tidak paham realitas kehidupan. Temannya Ustad Wawan nyembah fikih; nyembah syariat. Kaku, dia dikuasai ilmu, bukan ulil ilmi. Bukan pemilik ilmu tapi dimiliki oleh ilmu. Ini yang menyaksikan sang ulil ilmi. Qoiman bil qisthi.
Tuhan itu, Allah itu di mana saja selalu berdiri tegak dengan keadilan. Jadi saksinya banyak. Allah juga jadi saksi dirinya sendiri. Syahidallahu… Allah menyaksikan DiriNya dan para malaikat dan pemilik ilmu bahwa Tuhan itu di mana saja selalu berdiri tegak dengan keadilan tak akan terpatahkan oleh provokasi, koalisi atau apapun juga. Paham? Itu keadilan yang akan bersarang di muka bumi. Paham kan? Penak e ono gusti Allah opo-opo iso… Bila kamu hilangkan Tuhan dari hidupmu? Lah ini jadi sulit. Kamu hanya termakan oleh akalmu sendiri.
Kamu hanya terbawa oleh ilmumu sendiri. Padahal ilmu itu hanya diambil dari tulisan dan cerita orang. Terus nyembah kitab. Musyrik. Nyembah-nyembah fikih. Tuhan itu gak kaku seperti itu. Pahamkan? Ini kamu saya kasih pengingat. Allah itu, Tuhan itu tidak ada Tuhan tidak ada Tuan yang sebenarnya kecuali Dia: Allah! Dia di mana saja. Allah tidak pernah berpisah dari keadilan. Ini yang menjadikan kita mengalah tapi tidak takut.
Jangan kamu terprovokasi oleh lubang kehidupan yang penuh oleh virus-virus syetan ini. Menjadikan kamu kecil hati, menjadikan kamu takut sehingga menjadikan kamu berat dan pesimis. Itu terprovokasi syetan. Berlindunglah kepada Allah. Pahamkan? Bagaimana cara berlindung? Ya sebutkan asma Tuhan di dalam hatimu. Ini harus diyakini.
Syahidallahu annahu laa ilaha illa hua... Allah menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan tidak ada Tuan yang dipertuan kecuali hanya dia. Qooiman bil qisthi… Dia selalu berdiri tegak bersama keadilan. Bila kau dekat Allah dekat; bila kau jauh Allah jauh. Ini otomatis. Tidak pake sidang DPR. hehee.. Otomatis tidak usah memakai sidang pengadilan. Pahamkan? Otomatis, sadar hidup manusia ini di muka bumi ini sebagai kholifah, untuk mengangkat martabat hidupnya. Untuk memuliakan dirinya dengan mengambil kekayaan-kekayaan bumi raya ini.
Manusia dituntut untuk menikah dengan isteri dan punya anak dengan mansuia. Kamu barjuang 1. Untuk mendapat isteri 2. Berjuang untuk mendapatkan anak atau anak buah. Berjaung untuk mendapatkan kekayaan, uang , emas, dan perak. Zuyyina linnasi Hubbusyahawati, wannisaa i, wal konatiri minal mukontoroti minal fiddati wazdahabi wal fiddah, wal khoila, wal bighola… (Ali Imran:14), kendaraan yang indah wal an’am ternak wal hars sawah ladang. Ini memang keharusan perjuangan manusia. Manusia tanpa ini, tanpa hiasan. Tapi jangan kebablasan. Begitu kan?
Qul aunabbi ukum… Apakah kamu ingin aku berikan kabar yang akan menjadikan baiknya semua itu? Aku lebih baik dari perjuangan itu. Nah ini tawaran Tuhan. Kembali lagi lilladzina taqo jannatin tajri min tahtihal anhar. Bagi orang yang bisa menjaga, menghormati posisi Tuhannya. Pahamkan? Dia mendapatkan surga yang di bawahnya mengalir sungai. Waridwanu minallah… dan kedua, keridloan Allah, Kecintaan Allah. Yang ketiga, wallahu basyirun bil ibad Allah akan selalu melihat kepada orang yang selalu mengabdi.
Hidupmu yang singkat itu hanya pengabdian kepada Tuhan. Kamu cari isteri dapatkan isteri. Kamu cari anak dapatkan anak. Kamu cari harta dapatkan harta. Untuk apa semua itu? Tuhan hanya melihat kalo digunakan. Paham? Berjuanglah. Maka bagi orang yang mendapatkan perhiasan ini: dunia, keluarga, anak, kekayaan (uang) kedudukan dan sebagainya, itu semua di atas bara neraka, hanya panas.
Jika tidak diruhi dengan pengabdian kepada Tuhan. Maka lebih baiknya kita masukkan jadi ahli surga. Semua ini akan menyejukkan kita bila kita ahli surga. Maka perjuangan-perjuangan ini sampai lupa akan pengabdianmu kepada Allah. Hanya perjuangan, hanya pengabdian manusia yang tercatat. Dudukmu di pasar, dudukmu di sawah. Sebab hanya pengabdian kepada Tuhan. Ini maksud Abah ini, jangan kamu ini, jangan kamu hinakan dirimu dengan mengikuti akalmu dan ilmu di kepalamu itu. Paham?
Godaan-godaan syetan ini, virus2 global ini merobah fikiranmu. Paham ini? Penyelamatannya hanya, “berdzikirlah kamu di dalam hatimu”. Kalo kamu selalu berdzikir kepada Allah di dalam hati berarti ingat kepada Allah. “Huwalladzi yusholli alaikum wa malaikatuhu… (Al-Ahzab:34) Allah akan bershalawat kepadamu. Bukan hanya innallaha yusholluna alan nabi.. bukan hanya nabi yang dishalawati Allah dan malaikat-Nya. Orang yang selalu banyak berdzikir, bertasbih pun dishalawati Allah dan dishalawati malaikat.
Untuk apa repot2 malaikat nyalawati kamu? Liyukhrijakum minadzulumati ila nur... (Al-Ahzab:34), untuk mengeluarkan kamu dari kegelapan hidup: agar kamu itu terhindar oleh gelombang kehidupan yang kotor ini. Untuk menjadikan hidup terang benderang. Mari kita berdiri di atas bumi. Bumi yang kita injak di bawah kita. Jangan bumi yang ada di atas kepala kita. Bumi ada di kaki. Paham ini?
Kembali saya ingatkan kepada kamu. Naqsyabandi ini hanya memberikan bai’at kepada kamu dengan dzikir di dalam hati. Yakinlah kamu bahwa pelindungmu hanyalah Allah. Tidak usah takut pada apa-apa dan siapa saja. Berjalanlah kamu sebagaimana sunnah nabi. Maafkanlah orang yang telah mendzalimi kamu. Berbuat baiklah kamu kepada orang yang selalu berbuat buruk kepadamu. Paham?
Itu Tuhan yang membimbing kita. Nah itu. Agar kita bisa keluar dari hidup yang gelap menuju hidup yang terang. Ora usah ngotot-ngotot. Kan, gitu kan? hidup itu yang sederhana saja. Supaya kamu bisa bahagia. Masuk surga tidak usah kamu menunggu sesudah mati. Heheh..
Mari kita dapatkan surga sebelum mati. Wasari’u ila maghfiroti robbikum wajannatin arduhas samawati wal ard….. (Ali Imran:133) Mari kita bersegera, berpacu berlomba untuk minta ampun kepada Allah dan mendapatkan surga yang luasnya tujuh langit tujuh bumi. …..u’iddat lilmutaqqiin… (Ali Imran:133), yang disediakan bagi orang yang bisa menjaga harga dirinya di sisi Allah. Pahamkan?
Ini saja yang saya sampaikan kepada kamu, agar kamu selalu berbesar hati, kamu selalu bersemangat dan kamu bisa bergembira dengan apa yang ada. Paham? Bila kamu itu pengen kaya, jadi apa saja sudah ketentuan Allah, dengan iman dan shalehmu. Sampai di sini saja, semoga yang saya sampaikan bermanfaat bagi kamu sekalian, semoga menjadikan washilah tercurahnya Rahmat Kasih Sayang Allah dan keridloaanNya kepada kita semua. Kamu pulang bisa membawa ghonimah sebanyak-banyaknya dari berkah keagungan Allah dari syafaat Nabi kita Muhammad SAW, faidlolbarokah guru-guru kita min ahli silsilah thariqoh naqsyabandiyah,
Ada berita, begitu. “Mak lampir” telah terbunuh oleh suluk kedua ini. He he.. Nah itu. Kita bergembira. Sudah tidak ada gangguan lagi. Tinggal kamu tetapkan selalu dzikir kepada Allah. Semoga Allah sesalu memberikan ijabah, memudahkan kita meraih cita dan harapan untuk hidup mulia bersama anak keluarga kita, anak turun kita, saudara-saudara kita, jamaah kita ini. Surga dari dunia sampai akhirat. Istajib duaana ya allah bi adhomatilfatihah……
Amin..amin..amin taqobalallah ya karim
Abah bersama jamaah membaca Doa tutup majlis
Leave a Reply