PERESMIAN ZAWIYYAH & RAKERDA 1, MATTAQA AL MUJADDADIYAH

PERESMIAN JAWWIYAH & RAKERDA 1, MATTAQA AL MUJADADIYAH

Dihadiri oleh Dewan Syuriah & Dewan Tansiq Jawa Barat.

Pondok pesantren al-Mujaddadiyyah, punya sejarahnya yang panjang.
Bermula dari perjuangan dakwah Kiai Izzuddin Misyri, melalui gerakan
Thariqah Naqsyabandiyah Khalidiyyah di daerah Madiun. Atas inisiatifseorang Kades H. M. Noer, maka dibangunlah
sebuah masjid yang dijadikansebagai sentra pengembangan ajaran
Islam.

Sejak berdirinya masjid tersebutdi tahun 1962, maka segera dimulailah
beragam aktivitas dakwah. Terutamakegiatan untuk mendidik para santri.
Namun pada tahun 1979, Kiai IzzuddinMisyri berpulang kerahmatullah.
Sebelum wafat, beliau berpesan agarkelak kalau mendirikan pondok diberi
nama al-Mujaddadiyah (pembaharuan).Sepeninggal beliau, kini sudah
tercatat tiga pergantian pengasuh; KH.Izzul Mutho, BA, Drs. KH. M. Baihaqi,
dan sekarang KH. Agus Mushofa,M.Pd.I. Pondok inipun juga terus
berbenah. Pada tahun 1979 denganresmi dibangunlah asrama pondok
pesantren dan diberi nama al-Mujaddadiyyah.

Di tahun 1982 dibangungedung pendidikan. Di tahun 1983
baru didirikan sebuah Yayasan dengannama al-Mujaddadiyyah.
Pada tahun 1984, ada penambahanasrama pondok. Dan di tahun 1985
dibangun perluasan masjid Nurul Huda.Pada tahun 1986 dibuka Madrasah
Tsanawiyyah, tahun 1987 perluasanmasjid, dan tahun 1988 dibuka MadrasahAliyah. Pada tahun 1989 ada perluasanmasjid kembali. Di tahun 1991,dibangunlah gedung Madrasah Aliyah.
Sedangkan di tahun 1996 dibangun pulaasrama putri, dan pada tahun 2000
pondasi untuk gedung berlantai tiga dipancangkan.Pada tahun 2003 dibukalah SMK Kimia Mudda, dengan bidang keahlian Kimia Industri. Guru-gurunya merupakankolaborasi antara tenaga pengajarpesantren al-Mujaddadiyah dan tenagapengajar SMK Negeri 3 Madiun. Sedangkanpada tahun 2010 didirikanlah pondok pesantren al-Mujaddadiyyah 2,yang berlokasi di desa Kwiran, KecamatanKare. Sedangkan model pendidikannyaberbasis multi language –
yang dalam kegiatan sehari-harinyatelah menggunakan percakapan bahasa
Inggris.
Disamping memiliki lembaga formalMTs, MA dan SMK, di pondok
pesantren yang beralamatkan di Jl.Setinggil, Kelurahan Demangan, KecamatanTaman, Kota Madiun ini jugaterdapat pendidikan non-formal; sepertiProgram Wajar Dikdas 9 Tahun,Panti Asuhan, Taman Pendidikan alQur’an(TPQ), Majelis Ta’lim, MadrasahDiniyyah, Tahfidhul Qur’an dan
Tilawatul Qur’an.
Untuk Madrasah Diniyah klas 1dan 2 masuk setelah Ashar dan taqrar
setelah ‘isyak. Bagi Madrasah Diniyahklas 3 hingga 6, masuk setelah Isyak
sampai dengan jam 21.30 Wib. Sedangkanuntuk Tahfizul Quran, setorannya
sesudah Shubuh, sesudah Dhuha dan setelah Ashar.
Menurut KH. Agus Mushofa, M.PdI, Pondokpesantren al-Mujaddadiyyahjuga mengembangkanWirausaha Santri. Mulai
koperasi pondok pesantren(kopontren) dan kantin,hingga perdagangandan pertanian. “Denganluas tanah pertanian 2,5hektar, banyak hal yang
bisa kami lakukan. Satuseperempat hektar tanahtersebut kami tanami padi,”terangnya.
Untuk pengairan, disampingditanam saat musimpenghujan, juga dibantu denganpengairan dari diesel. Hasilnya, bisamencapai 9 sampai 11 ton. “Ini akankami peruntukkan bagi kebutuhanpondok, pengasuh dan santri,” tukasnya.
“Sedangkan setahun sekali, padamusim ketiga, dari lahan yang sama
bisa dipanen jagung,” tambahnya.Para santri putri, lanjut Pengasuh
pondok dengan luas lokasi 5200 M2ini, juga menyemai bibit melon. Awalnyamemang program coba-coba. Jadiasal berani mencoba dan mau bertanyake para petani melon. “Saya yakin, pastibisa. Terbukti, untuk 1 kotak 1400m2, dengan jarak tanam 60 cm danlebar bedengan 120 cm diambil untukirigasi air selebar 40 cm, dapat menampung
tanaman sekitar 2000 batangmilon,” paparnya. “Kalo tumbuh sehat,
rata-rata perbatang berbuah 1,5 sampai2 kg,” jelasnya menambahkan.
Mengenai tenaga dan teknisi, semuadilakukan para santri. Bahkan
mereka membantu menjadi teknisi petanimelon sekitar dan untuk menghindaritengkulak. Mereka juga membantu
untuk menjualnya ke Jakarta.
Hal itu sudah dilakoni pondok selamabertahun-tahun. “Saking banyaknya,
kami sampai lupa sudah berapa kalimenanamnya. Yang jelas, kami benarbenarpernah merasakan pahit-getirnya,”ujarnya. “Yang penting itu, kalauuntung bersyukur dan jangan sombong.
Dan kalau rugi, jangan sampaiputus-asa,” tukasnya.Kepada para santri selalu ditanamkanharus terus berikhtiar danberdoa. Saat ini ada yang dua Minggulagi panen, ada yang semaian, dan adayang masih berumur 15 hari. Melondipanen umur 55 sampai dengan 63hari. Setelah melon, ada pula yangditanami kembali untuk menghematbiaya.
Disamping itu, kataMushofa, pesantren ini juga
memiliki kebun jeruk. Letaknya
di samping asramaII pondok putri, dengan luaslahan 0,1 hektar yang menampung8000 pohon. Setahunnyabisa menghasilkan
4 hingga 6 kali panen.Satu petak sawah, sekitar1300 batang, dengan jumlah
buah perbatang sekalipanen 500 x perkilo
Rp.8000 = Rp.4000,- x1300 = 5.200.000.
Usaha lainnya, adalahproduksi roti. Hal itu
dikerjakan sebagian santriputri. Saat ini sehari baru
menghabiskan 10 Kg terigu. Untukpenjualannya, diambil pengepul dan
diloper santri yang lain – bersama denganproduk santri SMK kimia berupa
sirup, sabun cuci dan minyak wangi.“Selama ini memang belum pernah
melakukan promosi melalui mediaapapun. Kecuali sebagai cindera mata
kalau ada tamu ke pondok dan padasaat even-even tertentu,” ungkapnya.
Pada acara acara Haul Masyayikh– Syekh ‘Izzuddin ke 35, KH ‘Izzul
Muwatho‘ ke 19 dan KH Baihaqi ‘Izzuddinke 8 dan sekaligus Harlah Pondok
ke-54, para santri putri memperkenalkanproduk sabun cair, sabun
cuci, sampo dan pembersih porselin.Selain itu semua, juga ada usaha jahitmenjahit.
“Saat ini ada 20 unit yangkondisinya masih bagus dan dapatdipakai setiap saat oleh para santri,”paparnya.

 Agus Djatmiko

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*